BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pendidikan Nasional sebagaimana
telah diamanatkan oleh Undang Undang Dasar 1945 adalah sebagai upaya
mencerdaskan generasi-generasi bangsa yang nantinya akan menjadi penerus
perjuangan generasi terdahulu dalam mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia menuju
bangsa yang berbudi luhur dan berkesejahteraan sosial.
Namun demikian untuk mencapai tujuan pendidikan
sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945 diatas, bukanlah merupakan suatu hal yang
mudah untuk diraih. Realitas globalisasi dan modernisasi dilengkapi dengan
perkembangan teknologi yang begitu pesatnya, diakui atau tidak telah memberi
dampak negatif yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan dampak positif
yang ditimbulkan terhadap perkembangan para generasi bangsa ini, dan
selanjutnya hal ini akan dapat menghambat pencapaian tujuan pendidikan
sebagaimana diamatkan oleh UUD 1945 diatas.
Dampak negatif dari globalisasi,
modernisasi dan perkembangan teknologi yang begitu pesatnya terhadap
perkembangan generasi-generasi bangsa ini tentunya bukan merupakan rahasia
lagi. Hampir tiap hari kita disuguhi dengan informasi-informasi mengenai
pelajar yang membolos sekolah dan keluyuran dijalanan atau berada di tempat
penyewaan Play Station (Memorandum, 11 Maret 2008), pelajar yang terlibat
perkelahian (News.okezone.com), pelajar yang terlibat perilaku seks bebas
(http:www.bkkbn.go.id), pelajar yang terlibat penyalah gunaan NARKOBA
(http:www.bkkbn.go.id) dan masih banyak lagi.
Realitas perilaku para pelajar sebagaimana
telah digambarkan diatas, jelas sangat menuntut keterampilan para tenaga
pendidik dalam memahami perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik para
pelajar jika menginginkan para pelajar tersebut tidak gagal di bangku sekolah
dan tidak kehilangan masa depan mereka.
Disinilah pentingnya penguasaan psikologi
pendidikan bagi para tenaga pendidik dan disinilah pentingnya peran seorang
Psikolog dalam dunia pendidikan.
Arthur
S. Reber, 1988 seorang guru besar psikologi di Brooklyn College, University of
New York City, University of British Columbia Canada, dan University of
Innsbruck Austria (dalam Syah, 2001) mendefinisikan psikologi pendidikan
sebagai subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah
kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut:
1.
Penerapan
prinsip-prinsip belajar dalam kelas.
2.
Pengembangan
dan pembaruan kurikulum.
3.
Ujian
dan evaluasi bakat dan kemampuan.
4.
Sosialisasi
proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan
pendayagunaan
ranah kognitif.
5.
Penyelenggaraan
pendidikan keguruan.
B. Masalah
Adapun masalah
yang akan di bahas dalam makalah ini adalah :
- Pengertian Psikologi Pendidikan
- Arti Penting Psikologi Bagi Calon Pendidik
- Manfaat Psikologi Bagi Calon Pendidik
C. Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah :
1.
Memahami
Pengertian Psikologi Pendidikan
2.
Mengerti
akan pentingnya Arti Psikologi bagi calon pendidik, dan
3.
Mengetahui
Manfaat Psikologi Bagi Calon Pendidik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi Pendidikan
Psikologi berasal dari kata
"psyche" yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan "logos"
atau ilmu. Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu
ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Psikologi terbagi ke dalam
dua bagian yaitu psikologi umum (general phsychology) yang mengkaji
perilaku pada umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu
dalam situasi khusus, diantaranya
1. Psikologi Perkembangan;
mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan mulai dari
masa konsepsi sampai dengan akhir hayat.
2. Psikologi Kepribadian;
mengkaji perilaku individu khusus dilihat dari aspek – aspek kepribadiannya.
3. Psikologi Klinis; mengkaji
perilaku individu untuk keperluan penyembuhan (klinis)
4. Psikologi Abnormal;
mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal.
5. Psikologi Industri;
mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan dunia industri.
6. Psikologi Pendidikan;
mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan
Disamping jenis – jenis
psikologi yang disebutkan di atas, masih terdapat berbagai jenis psikologi
lainnya, bahkan sangat mungkin ke depannya akan semakin terus berkembang,
sejalan dengan perkembangan kehidupan yang semakin dinamis dan kompleks.
Psikologi pendidikan dapat
dikatakan sebagai suatu ilmu karena didalamnya telah memiliki kriteria
persyaratan suatu ilmu, yakni :
1.
Ontologis; obyek dari psikologi
pendidikan adalah perilaku-perilaku individu yang terlibat langsung maupun
tidak langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik,
administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan.
2.
Epistemologis; teori-teori,
konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil – dalil psikologi pendidikan
dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi longitudinal
maupun studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun
pendekatan kuantitatif.
3.
Aksiologis; manfaat dari psikologi
pendidikan terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan
efektivitas proses pendidikan.
Dengan demikian, psikologi
pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara
khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan
tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi
berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu,
dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.
Pendidikan
memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Sumbangsih psikologi terhadap
pendidikan sangatlah besar. Kegiatan pendidikan, khususnya pada pendidikan
formal, seperti pengembangan kurikulum, Proses Belajar Mengajar, sistem
evaluasi, dan layanan Bimbingan dan Konseling merupakan beberapa kegiatan utama
dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa dilepaskan dari psikologi.
Pendidikan
sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya
peserta didik, pendidik, adminsitrator, masyarakat dan orang tua peserta didik.
Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan
efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya
dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan
perilakunya secara efektif.
B. Arti Penting Psikologi Pendidik Bagi Calon Pendidik
Guru dalam menjalankan
perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya,
tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun
perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya,–terutama perilaku peserta
didik dengan segala aspeknya–, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya
secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi
pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Di sinilah arti penting
Psikologi Pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan
merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik.
Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa "diantara pengetahuan-pengetahuan
yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan
yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik"
Dengan memahami psikologi
pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan - pertimbangan psikologisnya
diharapkan dapat :
- Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan memahami psikologi pendidikan
yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk
perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya,
dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku
individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
- Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Dengan memahami psikologi pendidikan
yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran
yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan
keunikan individu, jenis belajar dan gaya
belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
- Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
Tugas dan peran guru, di samping
melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya.
Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan
bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan
interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
- Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk
mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan
dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan
kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar.
Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan
mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun
motivator belajar siswanya.
- Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan
adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan
yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang
kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan
menyenangkan.
- Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
Pemahaman guru tentang psikologi
pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih
bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
- Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pemahaman guru tentang psikologi
pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa
yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip
penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.
C.
Manfaat dan Makna Psikologi
Bagi Calon Pendidik
Dalam
interaksi antar individu baik antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan
siswa lainnya, terjadi proses dan peristiwa psikologis. Syaodih Sukmadinata
(2003:31) mengatakan bahwa seluruh kegiatan interaksi pendidikan diciptakan
bagi kepentingan siswa, yaitu membantu pengembangan sernua potensi dan
kecakapan yang dimilikinya setinggi-tingginya. Sehubungan dengan hal itu, maka
hal-hal yang berkenaan dengan perkembangan, potensi dan kecakapan, dinamika
perilaku serta kegiatan siswa terutana perilaku belajar menjadi kajian. utama
dan penting bagi psikologi pendidikan.
Psikologi
sebagai ilmu pengetahuan yang berupaya memahami keadaan dan perilaku manusia,
termasuk para siswa yang sath sama lainnya berbeda, pengetahuan mengenai
psikologi ini amat penting bagi para guru pada semua jenjang satuan pendidikan.
Para ahli psikologi dan pendidikan pada
umumnya berkeyakinan bahwa dua orang anak (yang kembar sekalipun) tak pernah
memiliki respons yang sama persis terhadap situasi belajar mengajar di kelas.
Keduanya sangat mungkin berbeda dalam hal pernbawaan, kematangan jasmani,
inteligensi, dan keterampilan motorik. Anak-anak itu seperti juga anak lainnya,
relatif berbeda dalam kepribadian sebagaimana yang tampak dalam penampilan dan
cara berpikir atau memecahkan masalah mereka masing-masing. Dimanapun proses
pendidikan berlangsung, alasan utama kehadiran guru adalah untuk membantu siswa
agar dapat belajar sebaik-baiknya.
Oleh
karena itu adalah hal yang mendasar bagi guru untuk mengetahui dan memaharni
sepenuhnya karakteristik dan sifat-sifat para siswanya secara psikologis.
Dengan
memahamnya secara psikologis, guru akan dapat memahami proses dan
tahapan-tahapan belajar yang terjadi bagi para siswanya. Pengetahuan mengenai
psikologi pendidikan bagi para guru berperan penting dalam menyelenggarakan
pendidikan di sekolah-sekolah.
Pengetahuan
yang bersifat psikologis mengenai peserta didik dalam proses belajar dan proses
belajar mengajar sesungguhnya tidak hanya diperlukan calon guru atau guru yang
sedang bertugas di lembaga pendidikan dasar dan menengah, melainkan juga para
dosen di perguruan tinggi (Muhibinsyah, 2003:16). Pekerjaan guru adalah lebih
bersifat psikologis daripada pekerjaan seorang dokter, insinyur, atau ahli
hukum. Untuk itu guru hendaknya mengenal anak didik serta menyelami kehidupan
kejiwaan anak didik disepanjang waktu. Guru menurut Soemanto (1998:7) hendaknya
tidak jemu dengan pekerjaannya, meskipun ia tidak dapat menentukan atau
meramalkan secara tegas tentang bentuk manusia yang bagaimanakah yang akan
dihasilkannya kelak di kemudian had. Hal ini menjadi kenyataan bahwa guru tak
pemah mengetahui hasil akhir dan pekerjaannya.
- Tujuan dan Kegunaan Mempelajari Psikologi Pendidikan
Ada dua
tujuan utama dalam studi tentang psikologi pendidikan menurut Syaodih
Sukmadinata (2003:22) yaitu:
a. Agar
seorang rnempunyai pemaharnan yang Iebih baik tentang individu, baik dirinya
sendiri maupun orang lain; dan
b. Dengan
hasil pemahaman tersebut seseorang diharapkan dapat bertindak ataupun
memberikan perlakuan yang lebih bijaksana.
Sementara
itu Chaplin (1972) menitikberatkan manfaat atau kegunaan mempelajari psikologi
pendidikan untuk memecahkan rnasalah-masalah yang terdapat dalam dunia
pendidikan dngan cara rnenggunakan metode-metode yang telah disusun secara rapi
dan sistematis. Kemudian Lindgren berpendapat bahwa manfaat mempelajari
psikologi pendidikan ialah untuk membantu para guru dan calon guru dalam
mengembangkan pemaharnan yang lebih baik rnengenai pendidikan dan prosesnya.
Pemecahan berbagai masalah pendidikan tidak perlu dibedakan apakah
masalah-masalah psikologis itu dan pihak guru, siswa, atau situasi belajar
mengajar yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran.
Secara
umum manfaat dan kegunaan psikologi pendidikan menurut pendapat Muhibinsyah
(2003: 18) bahwa psikologi pendidikan merupakan alat bantu yang penting bagi
penyelenggara pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Psikologi pendidikan
dapat dijadikan landasan berpikir dan bertindak bagi guru, konselor, dan juga
tenaga profesional kependidikan laiannya dalam mengelola proses belajar dan
mengajar. Sedangkan proses pembelajaran tersebut adalah unsur utama dalam
pelaksanaan setiap sistem pendidikan.
Manfaat
dan kegunaan psikologi pendidikan juga membantu untuk memahami karakteristik
peserta didik apakah termasuk anak yang lambat belajar atau yang cepat belajar,
dengan mengetahui karakteristik mi guru dapat mendesain pendekatan belajar
untuk anak didik yang berbeda-beda tersebut, sehingga pembelajaran dapat
dilaksanakan secara optimal untuk seluruh karakteristik anak didik.
- Kekuatan-Kekuatan Umum Jiwa Manusia
Hakekat
kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan-kekuatan serta
aktivitas-aktivitas kejiwaan dalam din manusia, yang semua itu menghasilkan
tingkah laku yang lebih sempuma daripada makhluk-makhluk lain. Kekuatan-kekuatan
umum jiwa manusia telah dibahas para tokoh ilmu jiwa dan pendidikan (Soemanto,
1998:12).
Berdasarkan
observasi dan penyelidikan yang dilakukan oleh Plato (428-348 SM) mengungkapkan
bahwa jiwa manusia terdiri atas tiga kekuatan yaitu:
- Akal sebagai kekuatan terpenting dan jiwa manusia,
- Akal adalah bagian jiwa manusia yang merupakan kekuatan untuk menemukan kebenaran dan kesalahan.
- Dengan akal, manusia dapat mengarahkan seluruh aktivitas jasmani dan kejiwaannya, sehingga manusia mampu memperoleh kehidupan yang lebih sejahtera;
Spirit
sebagai kekuatan penggerak kehidupan pribadi manusia. Spirit adalah kekuatan
untuk menjalankan gagasan-gagasan yang telah diputuskan oleh akal rnelalui
pemilihan berbagai alternatif gagasan; dan
Nafsu
sebagai stimulus gerakan fisik dan kejiwaan dan merupakan kekuatan paling
konkret dalam din manusia. Nafsu ini terbentuk dan segenap keinginan dan selera
yang sangat erat berhubungan dengan fungsi-fungsi jasmani. Plato membedakan
antara keinginan-keinginan yang berguna dan konstruktif dengan
keinginan-keinginan yang tidak berguna dan merugikan.
John
Locke (1632-1704) menekankan pembahasan tentang akal sebagai gudang dan
pengembang ilmu pengetahuan, karena akal merupakan kekuatan vital untuk
mengembangkan dir Akal mempunyai kekuatan-kekuatan serta materiil untuk melatih
kekuatan-kekuatan itu, ada dua kekuatan akal manusia yaitu:
Kekuatan
berpikir yang disebut pengertian, segala peristiwa yang terjadi dalam akal
dapat dikenal dan dikehendaki oleh manusia. Pengertian terjadi dan proses
aktivitas pengamatan yang mencakup kegiatan mengindera, mengenal, menalar, dan
meyakini. Mengamati berarti menerima impresiimpresi dan dalam dan dan luar din,
dengan kata lam mengamati berarti memasukkan ide-ide dan konsep-konsep kedalam kesadaran
dengan menggunakan berbagai macam cara. Pengamatan hanyalah kapasitas awal dan
intelek manusia, pengertian memerlukan keterlibatan dan enam kekuatan mental
manusia yang meliputi mengamati atau pengamatan, mengingat atau ingatan,
imajinasi, kombinasi aktivitas psikis, abstnaksi atau pikiran, dan pemakaian
tanda atau simbolisasi; dan
Kekuatan
kehendak yang disebut kemauan, manusia sering mengimajinasikan sesuatu tmdakan
yang berhubungan dengan suatu pilihan diantara berbagai alternatif. Tindakan
memilih mi disebut sebagai istilah “volition” dapat terjadi apabila kita
menggerakkan kekuatan kehendak atau kemauan.
Jadi
kemauan adalah kekuatan untuk memilih, bukan keinginan. Keinginan adalah ide
reflektif yang melibatkan sesuatu keadaan dimasa mendatang, sedangkan kemauan
adalah kekuatan untuk memilih sesuatu keadaan atau tindakan dimasa sekarang.
Meskipun kemauan tidak sama dengan keinginan, namun keduanya berhubungan erat.
Kekuatan kejiwaan manusia menumt Jean Jacques Rousseau (1712-1778) ada lima yang terdiri dan lima kekuatan jiwa manusia yaitu:
- Penginderaan terjadi apabila objek-objek ekstemal berinteraksi dengan organ-organ indera;
- Perasaan sangat erat hubungannya dengan penginderaan;
- Keinginan sangat erat kaitannya dengan perasaan senang atau tidak senang, cocok atau tidak cocok, dan setuju atau tidak setuju;
- Kemauan sangat erat hubungannya dengan keinginan; dan
- Akal sebagai kekuatan penemu ide umum maupun kebenaran sesuatu ide, memiliki dua kapasitas yaitu Pertama kapasitas penalaran indera yang disebut “common sense”, penalaran indera memberikan ide tertentu tentang benda tertentu di alam sekitar.
Kedua,
kapasitas penalaran intelektual, bila kita dengan akal sehat menyimpulkan ide
tentang sesuatu benda, maka terhadap setiap benda yang sejenis dapat dimasukkan
kedalam ide umum itu.
Menurut (Soemanto, 1998:17) pengetahuan tentang kekuatan-kekuatan kejiwaan mi sangat perlu untuk dipelajari oleh para guru atau pendidik demi kelancaran memberi pelayanan yang sesuai dengan sifat umum jiwa anak didik. Pengetahuan mi juga sangat bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya pentmg dalam rangka memotivasi tingkah laku belfIjar anak didik di dalam proses belajar mengajar.
Menurut (Soemanto, 1998:17) pengetahuan tentang kekuatan-kekuatan kejiwaan mi sangat perlu untuk dipelajari oleh para guru atau pendidik demi kelancaran memberi pelayanan yang sesuai dengan sifat umum jiwa anak didik. Pengetahuan mi juga sangat bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya pentmg dalam rangka memotivasi tingkah laku belfIjar anak didik di dalam proses belajar mengajar.
REFERENSI
Iskandar Dr. M.Pd. 2009. Psikologi Pendidikan. Jambi : Gaung Persada (PS) Press
Makmun, Abin Syamsuddin. 2004. Psikologi Kependidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/02/psikologi-pendidikan-dan-guru/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar